LAPORAN
OBSERVASI STRATEGI PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SDLB
NEGERI KEBAKALAN KECAMATAN MANDIRAJA
KABUPATEN BANJARNEGARA
Disusun dalam rangka memenuhi tugas
terstruktur mata kuliah Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB
Dosen Pengampu: Drs. Rubimanto, M.Pd
Disusun oleh:
Nama : SOLAHUDIN
NIM : 092344572
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan
puji syukur kehadirat Allah S.W.T, maka penulis telah menyelesaikan Laporan Observasi Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SLB , yang telah penulis
laksanakan di SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.
Adapun tujuan
daripada Observasi itu sendiri agar
Mahasiswa mengetahui langsung kondisi Anak Berkebutuhan Khusus dan Strategi
Pembelajaran yang dilaksanakan di Sekolah tersebut, sehingga dengan demikian
Mahasiswa benar-benar mengetahui secara
riil tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan strategi penanganannya di lapangan,
Penulis yakin dengan
bekal yang didapatkan dari teori saja tidak cukup sebelum penulis benar-benar mengetahui kondisi yang
sebenarnya.
Kami menyadari bahwa
observasi yang kami laksanakan sebenarnya belumlah cukup bila ingin mengetahui
kondisi sebenarnya yang ada, akan tetapi
walupun demikian, sangat memberikan manfaat
yang luar biasa bagi penulis, sehingga merangsang penulis untuk selalu
ingin menggeluti lebih jauh.
Akhirnya penulis
berharap semoga laporan ini bisa mewakili
apa yang kami amati dan kami dan wawancarai ini bisa manfaat bagi
penulis dan bagi pembaca dari karya kami.
PENDAHULUAN
Anak Berkebutuhan
Khusus adalah anak yang mempunyai kelainan atau gangguam baik fisik, emosi,
sosial, intelegensi yang sedemikian rupa, sehingga sehingga mereka memerlukan
pelayanan pendidikan khusus agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal
mungkin.
Anak Berkebutuhan
Khusus yang ada di karesidenan banyumas jumlahnya cukup signifikan, akan tetapi
mereka yang bisa tertangani atau mereka
yang merasakan bangku sekolah baru 40 %,
sehingga dengan demikian masih banyak yang belum tertangani dengan baik, hal
ini disebabkan karena terbatasnya
lembaga pendidikan yang ada, dan juga guru bagi Anak Berkebutuhan Khusus
itu sendiri juga sangat terbatas sekali jumlahnya., maka sudah barang tentu tugas
dari Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan harus bisa menghandel agar
anak-anak tersebut bisa ditangani, dan nantinya tujuan dari Education For All
bisa terlaksana, dan anak Berkebutuhan Khusus bisa tertangani dengan baik,
sehingga nantinya mereka bisa bersama-sama berpartisipasi dengan masyarakat
pada umumnya dalam membangun bangsa dan negara.
LAPORAN HASIL OBSERVASI
lLaporan Observasi
bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SDLB Negeri Kebakalan Mandiraja Kabupaten
Banjarnegara kami laksanaklan pada hari Rabu dan Sabtu , tanggal 3 dan 5 Juni
2011.
Adapun pelaksanaan
Observasi tersebut penulis laksanakan dengan
pengamatan selama kegiatan proses pembelajaran, tanya jawab dengan guru
pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Isalam, dan dikuatkan dengan
dokumentasi tentang data anak yang kami Observasi.
Secara prosedural
pelaksanaan Observasi yang kami lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
A. Gambaran Obyek Observasi
Obyek observasi adalah SDLB Negeri
Kebakalan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, yang beralamat di Desa
Kebakalan, Kecamatan Mandiraja, di bawah pimpinan Kepala Sekolah Ibu Atut
Yuliarni, S.Pd
B. Identitas
Anak
a. Nama Anak :
Yuniarti
Tempat dan tanggal lahir : Banjarnegara, 31-8-1998
Jenis kelamin : Perempuan
Kelamin :
Tunarungu sedang
Nama Ayah :
Sapuan
Pekerjaan :
Tani
Nama Ibu :
Farida
Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
Alamat :
Gumelem RT 06 RW 05 Susukan
C. Jenis Kelainan Anak dan Ciri-cirinya
Kelainan anak berkebutuhan khusus yang dialami anak tersebut adalah
Anak tunarungu, anak tersebut mengalami
kehilangan pendengaran sekitar 40
- 60 Desibel , sehingga anak tersebut dikategorikan anak yang mengalami
ganggauan pendengaran sedang. Pada
kelompok ini mereka mendengar percakapan
harus dengan suara yang kera, dan matanya selalu menatap mimik muka dan bibir pembicara . Gangguan
pendengaran pada tingkatan ini bisa belajar bicara dan bahasa dengan
menggunakan sisa kemampuan pendengarannya.
Adapun anak tunarungu secara umum mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Secara
nyata tidak mampu mendengar
b. Terlambat
perkembangan bahasanya
c. Sering
menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
d. Tidak
tanggap bila diajak bicara
e. Ucapan
kata tidak jelas
f. Kualitas
suara aneh/monoton
g. Sering
memiringkan kepala dalam usaha mendengar
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM SDLB NEGERI KEBAKALAN
KECAMATAN MANDIRAJA
KABUPATEN BANJARNEGARA
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan pada anak tunarungu pada dasarnya
sama dengan anak-anak pada umumnya akan tetapi agar bisa diterima dengan baik
bagi anak tunarungu perlu .strategi khusus, antara lain. Strategi
Pembelajaran P A I Bagi Tunarungu
Ada
beberapa pendekatan yang perlu diperhatikan dalam strategi pembelajaran bagi anak tunarungu antara lain: a. Latihan
auditori (auditory training), membaca
bibir (speech reading), bahasa isyarat (sign language).
a. Latihan Auditori
Latihan
auditori adalah strategi mengajar anak tunarungu dengan memanfaatkan sisa kemampuan pendengaran yang dimilikinya.
Latihan memfungsikan sisa pendengaran menguat seiring dengan adanya perkembangan teknologi alat
bantu dengar.
Latihan
auditori mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
1).
Pengembangan kepedulian atas bunyi
Satu
tugas penting bagi guru P A I adalah
meyakinkan anak tentang adanya berbagai bunyi, termasuk bunyi bahasa di
lingkungannya. Tugas lbagi seorang guru adalah agar bisa meyakinkan kepada
anak, bahwa wicara merupakan sarana komunikasi yang penting
2).
Pengembangan kemampuan diskriminasi bunyi lingkungan
Satu
tugas penting bagi guru P A I untuk anak tunarungu agar anak diajari membedakan
berbagai lingkungan bunyi,. Berbagai bunyi dapat direkam kemudian didengarkan berkali-kali, misalnya
suara telepon, bel, ayam berkokok, dan lain-lain.
3).
Pengembangan kemampuan diskriminasi bunyi bahasa
Setelah
anak mampu mengidentifikasikan bunyi di lingkungannya, maka setelah itu anak
diajari membedakan bunyi bahasa.trmasuk di dalamnya bunyi huruf hijaiyah dalam
bahasa arab,sehingga dengan demikian pelatihan ini menuju ke lingkup bahasa.
b.
Latihan membaca bibir
Membaca
bibir adalah pelatihan memanfaatkan
informasi visual untuk memahami wicara orang lain. Dalam pendekatan
pembelajaran membaca bibir , yaitu menggunakan pendekatan analitis dan
pendekatan sintesis. Dengan pendekatan analitis, tekanan diberikan pada pembelajaran memahami unsur-unsur bahasa, seperti bunyi
bahasa, suku kata, kata. Sedangkan dengan pendekatan sintesis , tekanan
diberikan kepada pemahaman makna bahasa, bukan unsur-unsurnya.
Ada
jenis stimulus yang dapat dipakai, yaitu
lingkungan, nonverbal, dan bunyi bahasa.
1).
Stimulus lingkungan
Pelatihan
anak tunarungu sangat bergantung pada kemampuan anak memusatkan perhatian dan
mengambil makna dari lingkungannya. Pada tahap awal, anak diperkenalkan dengan berbagai cue lingkungan yang menyertai pembicaraan. Misalnya, mengajar anak menerka pesan yang muncul dari berbagai situasi . Ini dapat
dilakukan dengan menunjukkan gambar
diikuti dengan pertanyaan.
2). Stimulus
nonverbal
Pelatihan
pada tahap ini melibatkan penggunaan
gerakan-gerakan oleh pembicara mengikuti
pesan yang dimaksud dalam pembicaraan . Gerakan tangan dan raut muka merupakan
contoh stimulus nonverbal.
3).
Stimulus bunyi bahasa
Pelatihan
pada tahap ini meliputi kemampuan membedakan
berbagai stimulus yang dapat
dilihat berkaitan dengan pengucapan
bunyi bahasa. Pelatihan ini memerlukan kecermatan dan ketelitian, karena
beberapa bunyi bahasa sering
diucapkan dengan organ wicara yang
hampir sama. Contoh stimulus ini misalnya, bentuk bibir, posisi lidah.
b. Bahasa Isyarat
Pendekatan
manual (bahasa isyarat) merupakan pendekatan tertua dalam pendidikan bagi anak
tunarungu. Para sekolah tunarungu biasanya menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.
Bahasa isyarat
ternyata telah berkembang, sehingga dewasa ini ada bermacam-macam bahasa
isyarat. Variasai dari bahasa isyarat adalah berkembangnya sistem eja jari
(fingers spelling). Berbeda dengan bahasa isyarat yang memang menggunakan
isyarat sebagai bahasa lisan, sistem ejaan
menggunakan jari untuk mengeja
kata-kata dalam bahasa.
Gabungan
dari pendekatan oral dengan pendekatan manual telah menghasilkan trend baru
dalam berkomunikasi dengan penyandang tunarungu , yaitu sistem komunikasi
total. Sistem gabungan ini dapat menutupi kelemahan- dari kedua pendekatan
sebelumnya. Pendekatan manual menyebabkan munculnya eklusivisme di kalangan
penyandang tunarungu, karena bahasa isyarat
adalah bahasa utama bagi mereka, sehingga hak azazi mereka memperoleh
perhatian. Orang-orang yang mendengar cenderung tidak mau (malas) mempelajari
bahasa baru ini. Pendekatan oral memungkinkan komunikasi antara penyandang
tunarungu dengan anak normal, tetapi hak
azasi penyandang tunarungu meras terabaikan (mereka dipaksa
berkomunikasi dengan cara yang normal).
2. Kesulitan-kesulitan
dalam proses pembelajaran dan cara mengatasinya:
a. Kesulitan
dalam proses pembelajaran
1) Siswa
suka membuat gaduh
2) Siswa
sulit diajak komunikasi
3) Siswa
kurang paham terhadap apa yang diajarkan guru
3. Cara
Mengatasi Kesulitan
1) Memberikan
perhatian dan pengawasan yang lebih kepada siswa, bila perlu memberikan teguran
secara halus kepada siswa agar tidak membuat gaduh, karena dapat mengganngu
proses pembelajaran.
2) Komunikasi
guru dan siswa secara langsung secara face to face atau dengan tatap muka, agar
siswa dapat memahami apa yang diucapkan guru, dan jangan sekali-kali guru
membelakangi siswa, karena siswa tidak bisa membaca mimik atau wajah guru.
3) Guru
perlu mengulang-ulang materi yang diterangkan apabila siswa belum paham,
sehingga diperlukan kesabaran yang lebih.
4. Kurikulum
SLB
Kurikulum
SLB adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , kurikulum tersebut dibuat oleh
sekolah dengan memegang aturan-aturan yang pokok yang ditetapkan dari pusat,
misalnya Standar Kompetensi, dan Kompetensi dasar dibuat oleh Pusat . Sedangkan hal-hal yang bisa dijadikan
dasar dari sekolah untuk mengembangkan kemampuan lokal, maka disitu ada muatan
lokal, dari muatan lokal tersebut diharapkan bisa menggali
keunggulan-keunggulan lokal yang bisa dikembangkan oleh sekolah tersebut dan
diharapkan ini menjadi cirikhas dari keunggulan sekolah tersebut.
|
SEKOLAH LUAR BIASA (SLB Bagian B) YAKUT PURWOKERTOAlamat: Jl. Kol. Sugiri No.10 Telp (0281) 635972 Purwokerto 53116
Email
slbbyakut_321@yahoo.com
|
SURAT KETERANGAN
Nomor: 26
/SLB B/IX/2012
Yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama :
AGUS TRISTIYADI, S.Pd
NIP :
119560112 198312 1 001
Pangkat/Golongan :
Pembina /IV a
Jabatan :
Wakil Kepala Sekolah
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
No
|
Nama
|
NIM
|
1.
|
Amir Rohbi
|
1123304012
|
2.
|
Yani Hidayat
|
1123304028
|
3.
|
Suryaningsih
|
1123304019
|
4.
|
Heni Inriyanti
|
1123304041
|
5.
|
Siti Muslihah
|
1123304038
|
6.
|
Eka Prasetyaningsih. T
|
1123304035
|
7.
|
Nur Chotimah
|
1123304008
|
8.
|
Umi Rodina
|
1123304003
|
9.
|
Rusli Fauzin
|
1123304005
|
10
|
Wurtiah
|
1123304036
|
Telah melaksanakan kegiatan Observasi pada tanggal 20
September s/d 19 Oktober 2012.
Demikian surat keterangan ini agar dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
A.n. Kepala Sekolah
AGUS TRISTIYADI, S.Pd
NIP. 19560112 198312 1 001